Senin, 07 Mei 2012

Kisah Singkat Legenda Sumber Api Alam "DHANGKA"





Api nan tak kunjung padam pada " DHANGKA " memiliki latar belakang kisah dari suatu legenda " KI MOKO ". Konon kira-kira pada abad XVI sekitar tahun 1605 saka atau tahun 1683 Masehi hiduplah seorang pengelana penyebar agama Islam yang memiliki kesaktian yang bernama KI MOKO dengan nama aslinya R. WIGNYO KENONGO.

Di tengah-tengah hutan yang tandus dimana dia bertempat tinggal, KI MOKO yang pekerjaannya sehari-hari mencari ikan di laut, berhasil menciptakan sumber-sumber kebutuhan hidup yang diupayakan guna memenuhi kebutuhan yang mendesak yaitu pada saat ia harus menyambut atau menjamu tamu dari kerajaan dalam rangka perayaan pernikahan dirinya dengan putri raja.

Kisah ini bermula ketika KI MOKO mendengar berita bahwa Raja Kerajaan Palembang sedang dirundung kesedihan karena seorang putrinya tengah menderita sakit yang tak kunjung sembuh, meski telah banyak tabib yang mengobatinya.

Pada kesempatan itu KI MOKO terpanggil untuk mencoba membantu mengobati penderitaan putri raja KI MOKO mempersembahkan sesuatu kepada Sang raja berupa tabung-tabung bambu yang penuh berbagai mata ikan dan dikirimkan melalui utusan, menerima persembahan dari KI MOKO Raja sangat terkejut karena barang yang semula dianggap kurang berharga menjelma menjadi barang berharga berupa Permata Intan dan Berlian. Sang raja sangat terkeut dan gembira begitu pula Sang Putri yang pada akhinya membuat ia sembuh dari sakitnya.

Melihat kejadian ini Sang Raja merasa berhutang budi kepada KI MOKO dan sesuai janjinya Sang Raja menganugerahkan hadiah berupa sebuah peti kepada KI MOKO dan dikirim melalui utusan, setelah peti tersebut sampai ke tangan KI MOKO dan dibukanya ternyata dari dalamnya terjelma seorang Putri yang amat cantik jelita, itulah SITI SUMENTEN Putri Raja yang sengaja dianugerahkan kepada KI MOKO untuk dijadikan istri, menghadapi kenyataan ini KI MOKO sangat masqul dan gembira hatinya. Namun kegembiraan itu sejenak berubah menjadi rasa risau karena kebersamaan dengan itu pula tersirat suatu berita bahwa tak lama lagi rombongan dari Kerajaan akan segera datang ke tempat kediaman KI MOKO untuk melangsungkan perayaan pernikahan. Kerisauan KI MOKO disebabkan karena tempat kediaman serta segala kebutuhan perayaan sangat tidak memungkinkan. Namun kerisauan tersebut akhirnya sirna setelah KI MOKO memusatkan batin melalui semedinya untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dengan menancapkan tongkat saktinya berdirilah bangunan istana yang sangat megah ( bangunan tersebut sirna setelah kegiatan perayaan selesai ).

Demikian pula untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan sumber air dan seterusnya dengan cara yang sama KI MOKO menancapkan tongkatnya pada tanah. Pada saat itulah tercipta sumber air yang akhirnya menjadi sebuah telaga serta pancaran kobaran api yang senantiasa menyala dan akan berguna untuk kebutuhan manusia.

Dengan demikian puaslah hati KI MOKO dan pelaksanaan pesta pernikahan dapat berjalan dengan lancar. Sampai saat ini, semburan api alam tersebut masih tetap abadi hingga dikenal dengan istilah " API NAN TAK KUNJUNG PADAM " "DHANGKA". Dhangka artinya rumah tempat kediaman / Istana yang kemudian sirna yang lokasinya terdapat di dusun Asem manis II Desa Larangan Tokol, Kec. Tlanakan, Kab. Pamekasan.

Sedangkan Patilasan / makam KI MOKO terletak di dusun Palanggaran Desa Branta Tinggi Kecamatan Tlanakan Kab. Pamekasan yang sampai saat ini oleh masyarakat sekitar masih dikeramatkan. Untuk merawat / menjaga sumber api dan sumber air tersebut, maka KI MOKO mengutus Ki Rahma dan Nyi Rahma ( Buju'Tonggah ) yang artinya sebagai penunggu yang kuburannya / astanya terletak di Pojok Barat Laut Lokasi Api Ala Mini.

Demikian kisah singkat dari Api Alam " DHANGKAH"

Yuk berwisata dengan Alam




          Akhir-akhir ini wisata dengan sentuhan alam mulai kurang diminati. Sebagai contoh yakni wisata Api Tak Kunjung Padam yang terletak di desa Larangan Tokol, Kec. Tlanakan, Kab. Pamekasan- Madura. Hal yang membuat tempat pariwisata ini kurang maju adalah kurangnya kontribusi dari masyarakat untuk tetap mempertahankan potensi wisata tersebut. Alhasil banyak masyarakat ataupun pendatang yang tak tahu menahu tentang keberadaan Api Tak Kunjung Padam itu sendiri.
          Setelah mengetahui keadaan pariwisata di atas, yuk teman-teman kita lestarikan potensi pariwisata alam ini di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Mari kita tingkatkan SDM masyarakat Larangan Tokol dengan mempromosikan pariwisata di atas. Tingkatkan pariwisata Indonesia, Hidupkan peninggalan sejarah Bangsa... =D

"Visit Tourism Madura Island"

visit tourism madura island


API TAK KUNJUNG PADAM
SEBUAH WISATA ALAM YANG UNIK DAN LANGKA



         Obyek wisata  “api tak kunjung padam” merupakan pariwisata yang sangat jarang ditemukan. Bahkan hanya ada dua di Indonesia. Sedangkan tempat yang hampir mirip dengan api tak kunjung padam yaitu terdapat di Turkmenistan yang dikenal dengan julukan api neraka. 
     Api tak kunjung padam terletak di pulau Madura, desa Larangan Tokol, kecamatan Tlanakan, kabupaten Pamekasan. Tempat tersebut merupakan salah satu aset pariwisata berharga. Uniknya ketika hujan turun, api tersebut tak segan-segan untuk padam dan jika tanah di sekitar titik api digali, nyala api akan membesar dan hidup di sekitar lingkaran pagar saja. 
         Fenomena api tak kunjung padam ini sama dengan Kawah yang terletak di daerah Turkmenistan yang terletak di sebuah desa yang bernama Derweze. Tepat di jantung gurun Karkaum, gas yang keluar ini disebabkan oleh pengeboran Gas alam oleh para Geologi pada tahun 1971. Pengeboran itu akhirnya runtuh dan meninggalkan lubang besar berdiameter 70 meter. Untuk mencegah terjadinya keracunan oleh gas tersebut akhirnya para geolog memutuskan untuk membakarnya awal mereka berharap gas tersebut terbakar habis dalam hitungan hari. Tapi ternyata gas yang keluar tersebut bertahan sampai 40 tahun dan penduduk sekitar memberikan nama "Pintu Neraka". Tidak hanya terjadi di Turkmenistan saja, hal serupa pun juga terjadi di Indonesia yaitu Api tak Kunjung Padam.  hanyalah proses terbentuknya yang membedakannya.